Saturday, January 16, 2016

Kehilangan Menyisakan Duka

Quotes tentang kehilangan
Sudah semalaman Naura terbaring di sini. Sebuah ruangan yang semestinya membawa kebahagiaan. Namun, bagi Naura ruangan ini begitu kelam. Sebuah kamar bersalin. Usia kandungannya baru 5 bulan, tetapi sebuah peristiwa membawanya masuk ke sini. Di mana dia dihadapkan dengan kenyataan pahit. Kehilangan buah hati yang bahkan belum ditemuinya.

Sesekali bibirnya terkatup menahan sakit, nyeri di perutnya yang semakin menjadi. Berkali lipat dari sekedar sakit bulanan yang sering dialaminya. Tangannya memegang erat tangan suaminya yang setia berada di sana mendampinginya. Berusaha menahan tangis melihat istrinya kesakitan.

2 hari sebelumnya…

Suasana terasa biasa saja. Semua berjalan sebagaimana mestinya. Agak sedikit khawatir memang, karena menginjak 20 bulan usia kehamilannya, Naura belum begitu merasakan tendangan si kecil.

Dia dan suami merupakan pasangan baru yang hidup serba pas-pasan. Bahkan tidak ada asuransi untuk sekedar periksa ke dokter. Alhasil, mereka hanya mengandalkan kemampuan bidan dekat rumah.

Hari ini mereka memeriksakan kandungan Naura karena flek. Bidan yang memeriksa berkata kalau detak jantung bayi mereka lemah. Naura pun merasakannya. Jauh berbeda dengan saat kontrol sebelumnya.

Bidan kemudian memberi penguat kandungan, menyuruhnya istirahat dan memintanya datang esok hari untuk USG. Naura pun menyanggupi sambil dalam hati berdoa kencang meminta perlindungan Yang MahaKuasa.

Esoknya Naura melakukan USG. Betapa kagetnya dia ketika sang dokter berkata kalau ada yang aneh dengan kandungannya. Jadi dia harus dirujuk ke Rumah sakit.

Sepanjang hari Naura berdoa. Berharap tak ada apapun dengan anak dalam kandungannya. Tapi apalah daya. Tuhan berkata lain. 

Dokter di rumah sakit rujukannya berkata kalau anaknya sudah tak ada.

“Bu, anak ibu sudah hancur di dalam. Tak mungkin di selamatkan. Harus segera dikeluarkan” kata dokter.

Degg. Air mata mengalir deras. Bahkan dokter itu bilang kalau anaknya sudah hancurrr.. Hati Naura langsung remuk mendengarnya. Apalagi ketika si dokter berkata tak sanggup membantu Naura. Takut ini itu bla bla bla yang tak lagi dapat didengar Naura. Pikirannya kosong. Seakan separuh nyawanya hilang, terbang entah kemana.

Dan sekarang tibalah dia di sini. Di sebuah kamar bersalin rumah sakit lain yang mau menampungnya. Dengan selang infus berisi obat induksi yang membuatnya mulas tak tertahankan. Berusaha melahirkan anak yang tak seharusnya lahir sekarang.

Berdua dengan suaminya, mereka berjuang. Untuk anak mereka yang belum mereka lihat. SUdah hampir 10 jam Naura terbaring di sana. Dua orang bayi sudah dilahirkan di ranjang sebelah. Di sambut senyuman keluarga mereka. Dan tangis tertahan tak bersuara dari Naura. Orang lain mendapatkan kebahagiaan. Sedangkan dia… ahh.. bagaimana perasaannya.

Suara takbir menggema di kejauhan. Ya. Hari ini bertepatan dengan hari Ied Adha. Dan juga hari jum’at. Di saat seharusnya semua orang islam bergembira, Naura terdampar di ruangan dingin bersekat gordyn ini.

Sang suami meninggalkannya sendirian untuk shalat Jum’at saat dia merasa mulas yang sangat menyiksanya. Mungkin 30 kali lebih mulas dari sekedar ingin BAB.

Hingga tepat pukul setengah 2 siang, ditemani suami di sampingnya, lahir seorang bayi perempuan mungil. Sangat mungil. Hanya sebesar telapak tangan. Hingga Naura tak sanggup untuk melihatnya. Seperti yang terkadang dia lihat di internet. Begitulah rupa anaknya.

Cantik, namun tak dapat dia peluk. Tak dapat dia timang. Badannya lemas dan tangisnya pecah. Perasaan sedih dan menyesal menjadi satu. 

Satu bulan berlalu…

Naura masih sering termangu mengingat calon anaknya yang tak becus dijaganya. Air matanya selalu menetes setiap ada anak kecil lewat didepannya. Ya, penyesalan memang selalu ada di belakang. Dia tak menyukuri anugrah Tuhan hingga Tuhan kembali mengambilnya.

= = = END = = =

Tulisan ini didasarkan dari kisah nyata yang pernah ditulis di sini dalam rangka giveaway “kehilangan” dari Elisa-blog dan Nfirmansyah.

Semoga kejadian ini tak akan pernah dialami oleh kalian ya readers.. :)

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih Anda sudah mengunjungi d'journal of ifah.