Adrian kalau tidur tengkurap :) |
Assalamu’alaikum… :)
Saya mau berbagi sedikit cerita mengenai demam. Waktu itu, Adrian demam tinggi banget. Udah lama sih kejadiannya, maret 2015. Basi yah. Hehe. Tapi enggak kok. Insyaallah ini berguna banget.
Waktu itu udah beberapa hari Adrian agak anget-anget gitu. Batuk pilek. Tapi saya abaikan saja karena bocahnya sendiri masih aktif banget. Lari-larian. Kata dokter kan kalau anget itu tandanya tubuh melawan penyakit dan tak perlu diobati. Begitu prinsip saya.
Tapi hari itu saya beri dia obat batuk dan pilek yang jadi 1. Beli di apotek tanpa resep. Kebetulan siangnya hujan. Dan salahnya saya, waktu itu saya teledor. Dia main air bekas hujan. Dalam kondisi agak anget. Sampe sore, masih biasa aja.
Habis maghrib, Adrian minta tidur. Saat itu masih ASI. Jam 8 malam saya lihat Adrian ngompol. Dia emang nggak pernah pakai pampers. Dan dia kalau tidur sering tengkurap. Saya balik badan nya dan Masyaallah. Dia menggigil.
Saya dekap dan langsung saya beri parasetamol. Kepalanya panas sekali, sedangkan kaki dan tangannya sangat dingin. Panik? Sangat. Bingung? Iya. Mau nangis? Banget.
Tapi saya coba rasional. Saya bawa ke bidan, dokter jauh dari rumah. Disarankan kompres dan parasetamol.
Sampai malam, demam tak turun. Sampai 40°C lebih. Dan puncaknya jam 3 malam, Adrian kejang. What?? Bingung banget saat itu. RS jauh, Adrian kejang. Kami di rumah Cuma bertiga. Saya, suami dan Adrian kecil. Jauh dari keluarga karena tinggal di rantau.
Saya coba buka bajunya, dan peluk lebih erat. Kejangnya hanya beberapa detik dan kemudian dia lemas. Hampir tak sadar dan tertidur hingga pagi.
Paginya, ayahnya bolos kerja. Dan kami ke klinik untuk periksa. Kami pakai BPJS kesehatan. Di sana, diresepkan obat, antibiotic dan parasetamol.
Pulang sekitar pukul 8 sampai rumah. Demam nya masih tinggi. Obat diminum dan Adrian istirahat sebentar. Sekitar pukul 10 pagi, Adrian kejang demam kembali. Saat itu kami langsung membawanya ke UGD Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang. Dengan pertimbangan Adrian lahir di sana. Di UGD, Adrian diberi obat panas yang lewat Anus dan demamnya langsung turun ke 39°C dari 41°C. Kami minta dirawat. Tetapi dokter UGD langsung memutuskan Adrian kena campak entah apa itu namanya dan tak ada ruang isolasi karena penuh.
Degg. Pengen nangis rasanya saya saat itu. Di dada dan punggung Adrian memang ada bintik-bintik merah. Tapi, saya amati bintik itu memang selalu muncul saat Adrian panas. Entah memang karena diagnose campak, dan tak ada ruang rawat atau hanya alasan saja Karena kami pakai BPJS.
Setelah itu, kami berinisiatif membawa Adrian ke Rumah Sakit Karya Medika Cibitung. Di sana, pelayanannya lebih menenangkan hati. Dokter memperbolehkan rawat inap untuk diobservasi. Karena menurutnya terlalu dini untuk menyimpulkan itu campak.
Katanya, kalau campak, demam tinggi akan muncul selama beberapa hari. Kami agak lama menunggu prosedur. Kebetulan komputernya sedang off. Jadi, resepsionis hanya bisa cek lewat HP untuk pendaftaran lewat BPJS.
Dan voila. Nama kami tak terdaftar di BPJS katanya. Hanya nama ayahnya saja. Padahal selama ini kami bertiga sudah bolak balik pakai. Alasan yang tak masuk akal.
Kalau menurut saya sih itu cuman masalah di aplikasi yang belum sempurna datanya. Tapi resepsionis tetap tak mau memberikan kamar. Saya sih maklum karena dia kan juga cuma karyawan.
Akhirnya Alhamdulillah computer online lagi, dan sekitar jam setengah 2, Adrian masuk ke kamar rawat. Agak melegakan karena di sana penanganan antara pasien jaminan dan umum tetap sama. Hanya kualitas obat yang mungkin agak berbeda.
Selama 4 hari di rawat, banyak banget yang saya ambil pelajaran. Melihat anak sekecil Adrian dipasangi infus, membuat saya menangis. Apalagi kondisi jauh dari kerabat, membuat saya bertekad lebih berhati-hati.
Tips kalau anak demam
Beberapa tips yang dapat teman-teman lakukan, jika Anak demam:
- Selalu cek suhu dengan thermometer.
Untuk anak normal, dikatakan demam jika lebih dari 38°C. Tapi, untuk anak dengan riwayat kejang seperti Adrian, langsung beri paracetamol jika suhu sudah mendekati 38°C.
- Selalu sediakan obat penurun panas
Adrian lebih cocok yang non alcohol. Kalau yang ada alcohol nya demamnya nggak mau turun.
- Jangan pakaikan baju tebal apalagi diselimuti
Kenakan pakaian tipis dan jangan diselimuti. Gunanya agar panas tubuh dapat keluar dan tidak terperangkap.
- Perbanyak cairan
Beri minum sebanyak banyaknya untuk mengganti cairan yang keluar Karena panas. Jika masih ASI, beri ASI banyak-banyak.
- Kompress dengan air hangat atau air biasa
Jangan compress dengan air dingin atau alcohol karena anak bisa menggigil dan justru kejang.
Jika anak kejang, jangan panik.
Letakkan anak di tempat yang empuk kasur dan jauhkan dari benda berbahaya. Jangan memasukkan apapun ke mulut. Termasuk sendok yang katanya untuk mengganjal agar lidah tak tergigit.
Bawa ke unit pelayanan kesehatan segera mungkin.
Saya sendiri nggak tahu kenapa Adrian bisa panas tinggi begitu. Karena beberapa hari sebelumnya dia memang terjatuh dan kepalanya terbentur. Selain itu dia juga sedang batuk pilek dan siangnya saya beri obat yang tidak biasanya dia minum. Siangnya dia juga kebetulan main air hujan.
Tetapi ada satu hal yang membuat saya curiga. Siang itu ayahnya memberinya minum teh dalam gelas. Merk nya A*nida. Dan dia nggak cek apakah minuman itu kadaluarsa atau belum. Yang jelas, sampai 2 celana bekas ompol Adrian yang dipakainya saat masih di rumah, membekas hitam. Bahkan sampai saya cuci 3 kali dengan pemutih atau pun vanish tak bisa hilang.
Jadi, sejak itu saya juga memperhatikan banget makanan dan minuman yang dia konsumsi. Juga obat yang akan saya berikan.
Yang terpenting, jangan panik ketika anak demam. Tetap tenang dan berpikir logis akan sangat membantu dan membuat anak lebih tenang.
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih Anda sudah mengunjungi d'journal of ifah.