Monday, November 26, 2012

Hati-hati Telepon dan SMS Penipuan

modus penipuan lewat handphone
SMS Penipuan sih saya sering menerimanya.Dari minta pulsa,minta transfer,nawarin jadi agen pulsa dll.Terkadang juga SMS pelecehan seksual.Silahkan baca di pelecehan seksual yang saya alami.Tapi,baru-baru ini saya dapat modus yang lebih baru lagi.Yaitu via telepon.

Kejadiannya pas saat saya mau menjalani kuret karena IUFD.(baca : My Baby Girl in Memoriam ).Jam 7 pagi saya dan suami berencana pergi ke RS.Tetapi ternyata suami saya harus ke kantor dulu untuk mengurus surat rujukan dari perusahaan.Jadilah pada saat itu saya masih di rumah,ditinggal suami saya ke kantor.Jam setengah 9,saya sms suami saya tidak ada balasan.Baru saja hp saya letakkan,tiba-tiba hp berdering.Ada yang nelpon.Saya saat itu sempat heran,kenapa bisa ada yang nelpon,padahal nomer itu jarang dipakai.Kalaupun dipakai cuma untuk nelpon keluarga di kampung.Tapi kemudian saya pikir,mungkin saja keluarga saya di rumah yang cemas karena kondisi saya yang mau kuret.Setelah saya angkat ternyata bukan dari keluarga saya.Seperti ini kira-kira percakapannya (yang saya ingat).

penipu1: maakkk..(suaranya sih kayak nangis)
saya (heran,takut salah dengar,bilang mak atau bilang mbak..):halo..
penipu1 (masih kayak nangis): aku di tangkap polisi...rrdadjcfaj..(ga jelas suaranya)
saya: halo!! (kenceng)

tiba-tiba ada yang nyautin di belakang dan telepon kemudian diambil alih orang lain.

penipu 2 ; halo,saya bicara dengan ibu siapa ini..
saya : lah bapak siapa,kenapa bisa tahu nomer saya?
penipu 2 : Saya Bambang dari kepolisian.Ini saya bicara dengan siapa?
saya : ini Ifah.Bapak salah sambung deh.Saya ngga kenal tuh nama bambang
penipu 2: Iya,Nama saya Bambang.Saya dari kepolisian.Ini anak ibu saya tangkap.Ibu tinggal dimana?
saya (masih pelan):Pak,bapak salah sambung.Saya ngga punya anak pak.
(saya merasa sakit hati karena posisi saat itu saya sedang bersedih kehilangan calon anak saya)
penipu 2 (suaranya meninggi) : Ibu yakin??saya ngga salah sambung.Ini saudara laki2 ibu atau anak ibu ada di sini.IBU TINGGAL DI MANA??
saya (ikut marah): saya memang punya kakak tapi tidak di sini.
penipu 2: saya tahu.IbU TINGGAL DI MANA?Ini barangkali suami ibu.Kakak ibu namanya siapa?
saya (heran,masa polisi mau konfirmasi tapi tidak tahu data) : saya di JAKARTA.Suami saya ada di sebelah saya.

Saya antara percaya dan tidak percaya saat itu.Suami saya sedang pergi dengan pikiran Galau.Saya cuma takut dia naik motor ngebut,kena tilang.Tapi saya juga tidak percaya dengan kata2 "polisi" tadi.Terlalu aneh bagi saya.kemudian handphone saya kasih ke adik laki-laki saya yang tadi saya akui suami.Percakapan pun dilanjutkan.Saya kemudian inisiatif telepon suami saya.Kebetulan sampai 2x saya telepon baru diangkat.Suami saya bilang masih di kantor.Kalau begitu sudah jelas,ternyata itu penipuan.Dan langsung ditutup begitu saja telepon oleh penipu tadi.

Adik saya kemudian cerita,sebelum saya berhasil menghubungi suami saya,dia tanya ke penipu tadi.
adik : "mana coba saya bicara ke mas yayan (nama suami saya)"
dan pada saat disahuti,di sana bicara memakai bahasa Indonesia yang mana tidak mungkin digunakan oleh suami saya ketika bicara dengan keluarga.Karena kami orang Jawa Tengah,terbiasa bicara memakai bahasa Jawa dengan saudara.Itu salah satu hal yang menambah kecurigaan.Apalagi "polisi gadungan" itu bilang kami HARUS MENTRANSFER UANG 40 JUTA agar "suami" saya bisa bebas.Karena "suami" saya terlibat narkoba katanya.Hal yang sangat tidak masuk akal.Kena tilang polisi masih mungkin,tapi narkoba?nonsense bagi saya.

Itu sekelumit cerita tentang saya dan telepon penipuan.Jadi berhati-hatilah apabila ada yang menelepon minta uang.Bagaimanapun pikiran kita saat itu,jangan sampai kita melupakan rasio dan logika kita.Sayangnya saya tidak menyimpan nomer hp yang digunakan.(saat itu saya sedang mau pergi ke rumah sakit).Saran saya,ulurlah waktu ketika Anda menerima telepon sejenis.Karena saat itu mungkin Anda akan menemukan kejanggalan-kejanggalan yang berbuntut telepon penipuan.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih Anda sudah mengunjungi d'journal of ifah.